Wisata Bahari dan Sejarah Komplit Dalam City Tour Manado – Kota Manado tak hanya menakjubkan dengan wisata bahari (marine tourism) dan ciri khas sajian kuliner pedasnya. Namun juga menyimpan jejak-jejak sejarah pendudukan kolonial Belanda di Sulawesi Utara. Simak penelusurannya dalam edisi City Tour Manado kali ini.
Sebagai Kota Administratif dan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado kurang lebih berusia nyaris 4 abad. Singkat cerita, berada wilayah di bibir laut semenanjung Sulawesi bagian utara, Kota Manado menjadi wilayah yang dipilih pihak Kolonial Belanda untuk dijadikan markas utama dalam pendudukannya di Tanah Sulawesi, selain kota sentra dagang VOC di Makassar, Sulawesi Selatan. Nah, dalam Paket Tour Manado, anda juga bisa menyaksikan lansung peninggalan-peninggalan sejarah tersebut.
14 Juli 1898 ditandai dengan peringatan ulang tahun Kota Manado ke-367 dan terus dirayakan hingga saat ini tercatat berusia 396 Tahun. Tanggal 14 Juli dipilih berdasarkan sejarah penetapan Kota Manado sebagai Kota Adminstratif (Staatgemeente) Kolonial Belanda/Keresidenan Manado pada tahun 1623, yang meliputi wilayah dari Pulau Miangas, Talaud (pulau terluar Indonesia berbatasan dengan Filipina) hingga daerah Kolonedale, Sulawesi Tengah.
Berikut Spot-spot bersejarah terkait Kolonial Hindia-Belanda yang bisa anda temukan di Kota Manado
1. Minahasa Raad
Minahasa Raad adalah bangunan sejarah berlokasi di pusat Kota Manado (Pasar 45), sekitar tugu zero point, bersebelahan dengan Gedung Joeang 45. Minahasa Raad dahulu berfungsi sebagai Voorlopige Minahasaraad atau Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Minahasa pada masa pemerintahan kolonial belanda.
2. Gudang-gudang Belanda
Sebelum menjadi milik Pemerintah RI dibawah kelola PT Pelindo, Pelabuhan Manado dahulunya dibangun oleh Pemerintah Hindia-Belanda sekitar 1917 dan difungsikan sebagai pelabuhan umum pada tahun 1922. Jejak peninggalan Hindia-Belanda berupa Bangunan-bangunan tua bergaya arsitektur belanda yang dahulu, difungsikan sebagai gudang penyimpanan angkutan kapal belanda, masih bisa disaksikan ditempat ini.
3. Tugu Perang Dunia ke-II
Tugu Perang Dunia Ke-II berlokasi di kompleks halaman Gereja GMIM Sentrum, Pasar 45 Manado. Masih berarsitektur Belanda, tugu ini dibangun pada tahun 1946 oleh arsitek Belanda, Ir. Van de Bosch untuk memperingati peristiwa peristiwa peperangan sekutu melawan Jepang dan penghormatan terhadap mereka yang gugur dalam perang dunia kedua.
4. Patung Batalyon Worang
Patung ini berada di pertigaan Pasar 45, tepat di depan Jumbo Swalayan yang dahulunya merupakan lokasi Benteng Fort Nieuw Amsterdam (benteng Amsterdam baru). Patung Batalyon Worang terdiri dari 7 Patung yang masing-masing merupakan pemimpin Kompi pasukan yang secara keseluruhan berjumlah 1.100 orang. Patung ini didirikan guna memperingati peristiwa pendaratan Batalyon Worang pada tahun 1950 guna menumpas sisa-sisa Pasukan Hindia Belanda (KNIL) pasca kemerdekaan RI.
5. De Groote Kerk (Gereja Sentrum)
De Groote Kerk ‘Gereja Besar’ adalah sebutan warga Hindia-Belanda untuk Gereja GMIM Sentrum, salah satu gereja tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak abad ke-17. Gereja ini juga merupakan jejak sejarah penyebaran Kristen Protestan melalui misionaris Belanda di Sulawesi Utara.
6. Makam Tuanku Imam Bonjol
Muhammad Shahab atau yang dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol Pahlawan RI berdarah Minang yang diasingkan di Kota Manado, pada tahun 1837 seusai peristiwa perang suku Padri yang dipimpinnya melawan pasukan Belanda di Padang, Sumatera Barat. Makam Tuanku Imam Bonjol berada di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Kota Manado-Minahasa. Makam tersebut menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi para peziarah.
Seperti itu penelusuran sejarah kolonial Hindia Belanda dalam City Tour Manado kali ini. Untuk informasi Paket Tour Manado hanya di Cakraloka Halal Vacation.
by : R. Damopolii